Senin, 11 November 2013

Link Scenery

1. Aji : santoso99.blogspot.com
2. Ayu : ayusafitri799.blogspot.com
3. Ela : elamaulani.bogspot.com
4. Fatchur : variz23.blogspot.com
5. Fatkul : ulfatkhul96.blogspot.com
6. Feri : fidiferi.blogspot.com
7. Gebby : gebbyramadhan07.blogspot.com
8. Gigih : gigihsuryadi.blogspot.com
9. Hamidah : hamidahlestya.blogspot.com
10. Hanifah : hanifahlestyasari.blogspot.com
11. Imam : suripblogblog.blogspot.com
12. Indah : widias22.blogspot.com
13. Intam : putripermata77.blogspot.com
14. Khoirul : larjokarti.blogspot.com
15. Leli : leliokta.blogspot.com
16. Marsanto : marsantho.blogspot.com
17. Meilan : namakumeilan.blogspot.com
18. Melawati : sebuahmimpiharapan.blogspot.com
19. Retno : retnodwilestarienoc.blogspot.com
20. Ridho : ryedhoew.blogspot.com
21. Sekar : sekarwidhy.blogspot.com
22. Selfi : selfiana62.blogspot.com
23. Siska : siskaaprili.blogspot.com
24. Siti : sundarimrc19.blogspot.com
25. Sri : jenned15.blogspot.com
26. Sumarti : sumartismansa.blogspot.com
27. Tifana : tiprut225.blogspot.com
28. Umi : simutumi.blogspot.com
29. Uswatun ; uswatunkhasanahpwo.blogspot.com
30. windi :windiamonds.blogspot.com


Senin, 30 September 2013

Cara menyusun resensi

Pengertian dan Cara Menyusun ResensiResensi adalah penilaian mengenai kualitas buku, baik isi maupun perwajahannya dengan disertai alasan dan bukti. Resensi biasanya muncul dalam berbagai surat kabar / majalah dengan nama yang berbeda, misalnya bedah buku dan pertimbangan buku.meskipun namanya berbeda, isinya sama saja. Isi yang disajikan berupa pertimbangan baik buruk isi buku yang di resensi. Penyajiannya, selain memuat isi resensi juga meliputi judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, jenis huruf, halaman sampul (cover) dan harga buku. 

Buku yang di resensi biasanya buku terbitan baru sehingga dengan munculnya resensi di media cetak, para pembaca dapat mengetahui dan memutuskan perlu tidaknya membaca buku tersebut. Dengan demikian, resensi dapat berfungsi sebagai pemberi informasi, alat reklame dan tulisan ilmiah.


Fungsi pemberi informasi dimaksudkan memberikan informasi tentang adanya buku baru. Fungsi alat reklame dimaksudkan sebagai promosi adanya buku baru yang telah terbit. Fungsi karya ilmiah dimaksudkan resensi sebagai salah satu jenis karya ilmiah karena didalamnya disajikan pembahasan tentang isi buku dengan disertai alasan dan bukti.

Sistematika resensi atau cara menyusun resensi biasanya mengikuti pola berikut ini.


1. Judul resensi (boleh sama dan boleh berbeda dengan judul buku yang di resensi)

2. Perwajahan (jati diri buku) meliputi :

a. Judul buku

b. Nama pengarang / penulis

c. Nama penerbit dan tahun terbit

d. Jumlah halaman

e. Jenis huruf

f. Halaman sampul (cover)

g. Harga buku

3. Pembuka, Meliputi :

a. Uraian yang menjelaskan isi buku secara umum

b. Kaitan dengan hal diluar isi buku (bila perlu)

4. Pembahasan, meliputi :

a. Analisis terhadap isi buku dengan disertai alasan dan bukti yang ada dalam isi buku

b. Analisis berupa kekuatan dan kelemahan (bila ada) isi buku yang di resensi

5. Penutup, meliputi penilaian penulis resensi mengenai perlu-tidaknya pembaca resensi membaca atau memiliki buku tersebut.

cerpen

Cerita pendek berasal-mula pada tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dengan irama yang berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan. Fabel, yang umumnya berupa cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani Herodotus sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM (meskipun ada kisah-kisah lain yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang dianggap berasal dari Aesop). Fabel-fabel kuno ini kini dikenal sebagai Fabel Aesop. Akan tetapi ada pula yang memberikan definisi lain terkait istilah Fabel. Fabel, dalam khazanah Sastra Indonesia seringkali, diartikan sebagai cerita tentang binatang. Cerita fabel yang populer misalnya Kisah Si Kancil, dan sebagainya.
Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan. Misalnya Joko Dolog. Mite lebih menyaran pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu. Contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung pengertian sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh Banyuwangi.
Bentuk kuno lainnya dari cerita pendek, yakni anekdot, populer pada masa Kekaisaran Romawi. Anekdot berfungsi seperti perumpamaan, sebuah cerita realistis yang singkat, yang mencakup satu pesan atau tujuan. Banyak dari anekdot Romawi yang bertahan belakangan dikumpulkan dalam Gesta Romanorum pada abad ke-13 atau 14. Anekdot tetap populer di Eropa hingga abad ke-18, ketika surat-surat anekdot berisi fiksi karya Sir Roger de Coverley diterbitkan.
Di Eropa, tradisi bercerita lisan mulai berkembang menjadi cerita-cerita tertulis pada awal abad ke-14, terutama sekali dengan terbitnya karya Geoffrey Chaucer Canterbury Tales dan karya Giovanni Boccaccio Decameron. Kedua buku ini disusun dari cerita-cerita pendek yang terpisah (yang merentang dari anekdot lucu ke fiksi sastra yang dikarang dengan baik), yang ditempatkan di dalam cerita naratif yang lebih besar (sebuah cerita kerangka), meskipun perangkat cerita kerangka tidak diadopsi oleh semua penulis. Pada akhir abad ke-16, sebagian dari cerita-cerita pendek yang paling populer di Eropa adalah "novella" kelam yang tragis karya Matteo Bandello (khususnya dalam terjemahan Perancisnya). Pada masa Renaisan, istilah novella digunakan untuk merujuk pada cerita-cerita pendek.
Pada pertengahan abad ke-17 di Perancis terjadi perkembangan novel pendek yang diperhalus, "nouvelle", oleh pengarang-pengarang seperti Madame de Lafayette. Pada 1690-an, dongeng-dongeng tradisional mulai diterbitkan (salah satu dari kumpulan yang paling terkenal adalah karya Charles Perrault). Munculnya terjemahan modern pertama Seribu Satu Malam karya Antoine Galland (dari 1704; terjemahan lainnya muncul pada 1710–12) menimbulkan pengaruh yang hebat terhadap cerita-cerita pendek Eropa karya Voltaire, Diderot dan lain-lainnya pada abad ke-18.

 Cerita-cerita pendek modern

Cerita-cerita pendek modern muncul sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh-contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824–1826), Evenings on a Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthorne. Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan majalah dan jurnal melahirkan permintaan pasar yang kuat akan fiksi pendek antara 3.000 hingga 15.000 kata panjangnya. Di antara cerita-cerita pendek terkenal yang muncul pada periode ini adalah "Kamar No. 6" karya Anton Chekhov.
Pada paruhan pertama abad ke-20, sejumlah majalah terkemuka, seperti The Atlantic Monthly, Scribner's, dan The Saturday Evening Post, semuanya menerbitkan cerita pendek dalam setiap terbitannya. Permintaan akan cerita-cerita pendek yang bermutu begitu besar, dan bayaran untuk cerita-cerita itu begitu tinggi, sehingga F. Scott Fitzgerald berulang-ulang menulis cerita pendek untuk melunasi berbagai utangnya.
Permintaan akan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-20, ketika pada 1952 majalah Life menerbitkan long cerita pendek Ernest Hemingway yang panjang (atau novella) Lelaki Tua dan Laut. Terbitan yang memuat cerita ini laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari.
Sejak itu, jumlah majalah komersial yang menerbitkan cerita-cerita pendek telah berkurang, meskipun beberapa majalah terkenal seperti The New Yorker terus memuatnya. Majalah sastra juga memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Selain itu, cerita-cerita pendek belakangan ini telah menemukan napas baru lewat penerbitan online. Cerita pendek dapat ditemukan dalam majalah online, dalam kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.

 Unsur dan ciri khas

Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.
Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya), komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik dan tokoh utama); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.
Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis.
Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuath cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya.
Cerpen juga memiliki [unsur intrinsik] cerpen.

 Ukuran

Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematic. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.
Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel.

 Genre

Cerita pendek pada umumnya adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi detektif, dan lain-lain. Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalanan, prosa liris dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.

PEMAKAIAN KATA

  1. Pemakaian Bentuk Kata yang Rancu
Kesalahan kalimat seperti itu dimungkinkan karena penulis (pemakai bahasa) mengacaukan dua macam pengungkapan kalimat atau lebih. Misalnya :
(4)        Meskipun negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Yang dirancukan dalam kalimat (4) itu adalah
Meskipun negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Dan
Negara itu merupakan penghasil kapas nomor satu di dunia, tetapi harga tekstil untuk keperluan rakyatnya sangat tinggi.
Jadi, kerancuan yang tampak pada kalimat (a) itu adalah pemakaian sekaligus kata meskipun dan tetapi dalam sebuat kalimat.
Pemakaian Keterangan yang Tidak Lengkap
Jenis kesalahan seperti ini pada umumnya terdapat dalam penulisan surat resmi (surat dinas dan surat niaga). Misalnya :
Memenuhi permintaan Saudara, bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan kami.
Kalimat di atas terasa janggal jika urutan bagian-bagiannya diubah menjadi
(5a) Bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan kami  memenuhi permintaan Saudara.
Kalimat (5a) itu akan terasa lebih lancar jika bagian memenuhi permintaan Saudara itu didahului dengan kata untuk sehingga kalimat itu menjadi
(5b) Bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan kami  untuk memenuhi permintaan Saudara.
Apabila dikembalikan posisinya ke posisi semula, kalimat itu menjadi
(5c) ) Untuk memenuhi permintaan Saudara, bersama ini kami kirimkan sebuah daftar harga terbitan kami
Urutan Kata yang Menyalahi Aturan Berbahasa Indonesia
Kesalahan penulisan kalimat juga terjadi karena urutan katanya tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia. Kesalahan seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut.
(6) Saya telah umumkan bahwa pada hari ini juga panggung itu kita bangun untuk merayakan hari ulang tahun negara kita yang ke-45.
Kesalahan urutan kata pada kalimat (6) tampak pada bagian saya telah umumkan pada hari ini, dan ulang tahun negara kita yang ke-45. Menurut kaidah penulisan kalimat bahasa Indonesia, urutan kata pada bagian-bagian itu hendaklah diubah menjadi telah saya umumkan, pada hari ini, dan ulang tahun ke-45 negara kita.
Dengan perubahan urutan kata seperti yang telah dilakukan itu, kalimat berikut ini menjadi kalimat yang benar.
(6a) Telah saya umumkan bahwa pada hari ini juga panggung itu kita bangun untuk merayakan hari ulang tahun ke-45 negara kita.
Pemakaian Kata atau Ungkapan Penghubung yang Tidak Tepat
Yang dimaksud dengan kata atau ungkapan penghubung dalam pembicaraan ini ialalah semua kata atau ungkapan yang dipergunakan oleh penulis (pemakai bahasa) untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Kata penghubung antarbagian kalimat yang lazim dipakai dalam penulisan kalimat antara lain kata dan, atau, tetapi, ketika, jika, asalkan, agar, supaya, meskipun, sebagai, sebab, karena, dan bahwa.
Pemakaian kata penghubung antarbagian kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
(1)        Bu Siska adalah seorang guru teladan dan anak-anaknya pun pandai-pandai pula.
(2)        Fernadez ingin menjadi juara umum di sekolahnya tetapi ia hanya berhasil menjadi juara tiga.
(3)        Pa Mario tidak masuk kantor hari ini karena sakit.
(4)        Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(5)        Gubernur mengumumkan bahwa kota Mataram, tahun depan akan menjadi kota wisata.
(6)        Pembangunan di bidang pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur terus ditingkatkan agar kehadiran para wisatawan asing terus meningkat.
(7)        Di kampung kami dipasang dua puluh sumur pompa ketika musim kemarau sangat panjang.
Menurut kenyataannya, dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari sering ditemukan beberapa kesalahan, yaitu makin kaburnya batas pemakaian penghubung antarbagian kalimat dan penghubung antarkalimat.
Contoh :
(a)        Pak Carlos menghadapi persolalan yang berat di kantornya. Tapi ia pun dengan sabar dapat menyelesaikannya.
(b)        Kabupaten Los Palos dikenal dengan kain tenun ikatnya. Yaitu tenun ikat khas Timor Timur yang dahulu hanya dipakai raja-raja.
Kata tapi dan yaitu yang seharusnya berfungsi sebagai penghubung antarbagian kalimat, dipakai juga sebagai penghubung antarkalimat. Bandingkan dengan kalimat di bawah ini.
(c)         Pak Carlos menghadapi persoalan yang berat di kantornya, tetapi ia pun dengan sabar dapat menyelesaikannya.
(d)        Kabupaten Los Palos dikenal dengan kain tenun ikatnya, yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur yang dahulu dipakai oleh raja-raja.
Ungkapan penghubung yang berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak banyak jumlahnya.
Yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia antara lain (oleh) karena itu, namun, kemudian, setelah itu, bahkan, selain itu, sementara itu, walaupun demikian, sehubungan dengan itu.
Contoh pemakaiannya dapat dilihat seperti di bawah ini.
(e)        Pembangunan di bidang pariwisata terus ditngkatkan. Oleh karena itu, kehadiran wisatawan asing di Indonesia setiap tahun terus bertambah.
(f)          Musim kemarau tahun ini di desa kami sangat lama. Walaupun demikian, berkat pemasangan sumur pompa bahasa kekeringan dapat diatasi.
Kesalahan pemakaian ungkapan penghubung antarkalimat sama halnya dengan kesalahan pemakaian kata penghubung antar bagian kalimat yaitu pemakaian kedua jenis penghubung itu dikaburkan seperti contoh berikut ini.
(g)        Saya tidak sependapat dengan mereka, namun demikian saya tidak akan menentangnya.
(h)        Fernadez anak yang tergolong pandai di sekolahnya bahkan ia pernah menjadi juara ketiga.
Jika ungkapan penghubung antarkalimat digunakan dengan benar, kalimat itu seharusnya ditulis sebagai berikut.
(g1) Saya tidak sependapat dengan mereka. Namun, saya tidak akan menentangnya.
(g2) Fernandez anak yang tergolong pandai di sekolahnya. Bahkan, ia pernah menjadi juara ketiga.

KALIMAT

Pengertian Kalimat
Orang berbahasa tidak menggunakan kata-kata secara lepas, tetapi dengan merangkaikannya menjadi bentukuntaian kata yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Untaian kata yang mengungkapkan pikiran secara utuh itu disebut kalimat. Dalam sebuah karangan tertulis atau surat, kalimat itu merupakan bagian terkecil sebagai unsur pembentuknya. Paling tidak, kalimat itu merupakan titik tolah ataubagian awal sebuah karangan. Agar dapat dipahami lebih jelas mengenai kalimat itu, perhatikanlah contoh petikan karangan beriktu ini.
Ujian telah lama berakhir. Bahkan, sudah diumumkan hasilnya. Fernando sudah meraih tanda tamat belajar SMA jurusan ilmu pengetahuan sosial dengan nilai baik sekali. Ia tidak berhasil menjadi juara umum di sekolahnya, tetapi hanya nomor tiga. Walaupun demikian, ini pun sudah merupakan prestasi yang gemilang, mengingat bahwa disamping belajar ia harus melakukan kegiatan lain yang tidak ringan, yaitu mengurusai pemasangan pompa sumur untuk para petani di desanya.
Pada contoh di atas, kita dapat menemukan lima buahkalimat yang membangun bagian karangan itu, yaitu
(1) Ujian telah lama berakhir.
(2) Bahkan, sudah diumumkan hasilnya.
(3) Fernando sudah meraih tanda tamat belajar SMA jurusan ilmu pengetahuan sosial dengan nilai baik sekali.
(4) Ia tidak berhasil menjadi juara umum di sekolahnya, tetapi hanya nomor tiga.
(5) Walaupun demikian, ini pun sudah merupakan prestasi yang gemilang, mengingat bahwa disamping belajar ia harus melakukan kegiatan lain yang tidak ringan, yaitu mengurusai pemasangan pompa sumur untuk para petani di desanya
Kalimat sebagai unsur dasar pembentuk karangan dalam wujud tulisan mempunyai ciri-ciri berikut :
  1. Kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) atau mungkin juga dengan tanda tanya (?) atau tanda seru (!).
  2. Di tengahnya dipakai spasi san tand baca seperti koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda hubung (-).
Contoh kalimat (1) sampai dengan (5) adalah kalimat yang utuh. Untuk mengetahui keutuhan sebuah kalimat, kita dapat mengamati contoh kalimat (1) Ujian telah lama berakhir. Misalnya. Kata Ujian dan berakhir dalam kalimat itu merupakan kata-kata yang diperlukan. Jika salah satu di antaranya kita hilangkan sehingga kalimat itu menjadi (a) Ujian telah lama atau (b) telah lama berakhir, pernyataan (a) dan (b) merupakan bentuk pengungkapan pikiran yang tidak utuh lagi. Dengan perkataan lain, bentuk pengungkapan pikiran itu merupakan kalimat yang tidak benar.
Kebenaran sebuah kalimat, selain ditentukan oleh keutuhan unsur-unsur pikiran, ditentukan juga oleh
  1. Kelugasan penyusunannya (tidak rancu);
  2. Urutan kata-katanya;
  3. Ketepatan pemakaian kata-kata penghubungnya atau perangkainya;
  4. Kecermatan memilih kata-katanya;
  5. Kebenaran menggunakan bentuk kata-katanya.
Berikut ini dikemukakan beberapa kesalahan kalimat yang disebabkan ileh (1) penulisan kalimat yang tidak utuh, (2) pemakaian bentuk kata yang rancu, (3) pemakaian keterangan yang tidak lengkap, (4) urutan kata yang menyalahi aturan berbahasa Indonesia, (5) pemakaian kata atau ungkapan penghubung yang tidak tepat, dan (6) pemakaian bentuk dan pilihan kata yang tidak cermat.
Penulisan Kalimat yang Tidak Utuh
Yang tergolong ke dalam jenis kesalahan seperti ini adalah kalimat yang menghilangkan salah satu atau beberapa bagian kalimat yang kehadirannya wajib atau menentukan kelengkapan kalimat itu.
Contoh :
(1)        Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.
(2)        Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap.
(3)        Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Ketidakbenaran kalimat (1) adalah bahwa kalimat itu tidak menampilkan apa atau siapa yang menghasilakan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. Bagian itu dalam kalimat (1) dihilangkan sehingga pikiran yang diungkapkan kalimat tersebut menjadi tidak utuh lagi.
Dalam kalimat (2) kita tidak melihat bagian kalimat yang menyatakan perbuatan apa atau dalam keadaan apa yang dilakukan atau dialami oleh kegagalan proyek itu sehingga dengan hilangnya bagian itu, kalimat menjadi tidak utuh lagi. Lebih-lebih lagi, dalam kalimat (3) ada beberapa bagian yang dihilangkan, yaitu bagian yang menyatakan siapa yang berbuat dan jenis perbuatan apa yang dilakukannya yang diterangkan oleh tenun ikat yang khas Timor Timur itu.
Jika kalimat (1), (2), dan (3) kita betulkan menjadi kalimat yang utuh, kalimat-kalimat itu kita ubah menjadi
(1)        Dalam musyawarah itu mereka menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.
(2)        Kegagalan proyek itu terjadi karena perancangan yang tidak mantap.
(3)        Tenun ikat yang dipakai oleh Raja Los Palos tergolong ke dalam tenun ikat yang khas, yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Kalimat (1) dapat juga kita betulkan dengan tidak menambahkan bagian lain ke dalam kalimat, tetapi dengan mengubah bentuk menghasilkan menjadi dihasilkan sehingga kalimat itu menjadi
Dalam musyawarah itu dihasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.
Atau dapat juga dibetulkan dengan cara menghilangkan kata dalam sehingga kalimat menjadi
Musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.

Senin, 23 September 2013

Materi Bahasa Indonesia

Bab I

1. KARANGAN NARASI 

Dalam Eksposisi (lihat Eksposisi dan Dekripsi, Keraf, hal. 66) telah dikemukakan, bahwa untuk menyajikan suatu analisa proses dapat pula dipergunakan teknik narasi. Narasi semacam ini dinamakan narasi eksposisi atau narasi teknis, karena sasaran yang ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang dideskripsikan. Jadi, sasarannya sama dengan eksposisi, yaitu memperluas pengetahuan orang. Narasi semacam ini dianggap sebagai suatu metode dalam eksposisi, seperti halnya dengan metode klasifikasi, metode definisi, dan lain sebagainya.
Di samping narasi ekspositoris, terdapat juga narasi yang lain yang disebut narasi sugeftif, sejajar dengan pembedaan antara deskripsi ekspositoris dan deskripsi sugestif. Seperti halnya dengan deskripsi sugestif yang ingin mencapai atau menciptakan sebuah kesan kepada para pembaca atau pendengar, maka narasi sugestif juga ingin menciptakan kesan pada para pembaca atau pendengar mengenai obyek narasi. Hal itu berarti, narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar.
Tetapi pembedaan antara narasi sugestif dan narasi ekspositoris di suatu pihak, dan perbandingannya dengan deskripsi sugestif dan deskripsi ekspositoris di pihak lain, belum memberi jawaban pada kita apa sebenarnya narasi itu. Bila deskripsi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu obyek sehingga obyek itu seolah olah berada di depan mata kepal pembaca, maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan .
Tetapi kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur lain yang harus diperhitungkan , yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu obyek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.
Berdasarkan uraian di atas narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk rencana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu satuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi. Narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”
Tetapi, seperti sudah dikemukakan di atas, antara kisah dan kisah selalu terdapat perbedaan, minimal yang menyangkut tujuan atau sasarannya. Ada narasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi eksposotoris. Tetapi di samping itu ada juga narasi yang disusun dan disajikan sekian macam, sehingga kita mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif. Dan antara kedua ekstrim ini terjalinlah bermacam-macam narasi dengan tingkat informasi yang semakin berkurang menuju tingkat daya khayal yang semakin bertambah.


2. ALINEA

1. Pengertian
 Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri atas kalimat-kalimat. Alinea tidak lain adalah suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Alinea merupakan himpunan yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Oleh karena itu, pembentukan sebuah alinea sekurang-kurangnya mempunyai tujuan :
1) Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain
2) Meningkatkan konsentrasi terhadap tema alinea dengan memisahkan dan menegaskan perhatian secara wajar dan formal pada akhir kalimat

2. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN ALINEA
Alinea yang baik dan efektif harus memenuhi syarat berikut :
1) Kesatuan : Semua kalimat yang mendukun alinea itu secara bersama-sama mendukung satu ide
2) Koherensi : Kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea tersebut
3) Pengembangan : Pengembangan ide/gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung
4) Efektif : Disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bias diuraikan dengan tepat

3. HUBUNGAN ANTAR KALIMAT
Seperti yang terdapat pada uraian di atas, kalimat-kalimat pembentuk alinea harus mengandung informasi yang saling berkaitan dengan kalimat lain. Hubungan antar kalimat dalam alinea bisaditandai dengan berbagai dengan penanda hubungan. Sifat hubungan tersebut bias bersifat :
a. Eksplisit
1. Kata ganti tunjuk
Contoh : Saya ingin punya sepeda. Barang itu sudah lama kuimpikan.
2. Kata ganti orang
Contoh : Saya membenci Tika. Ia sangat egois.
3. Kata perngkai
Contoh : Ibu tidak berangkat. Padahal beliau harus memimpin rapat.
Implisit
Contoh : Saya suka makan tape, saudara-saudara saya suka makan durian.
Disamping keterangan tentang sarana penghubung antarkalimat di atas, di bawah ini akan disampaikan contoh makna hubungan antara lain :
1. Hubungan perlawanan
Walaupun hidupnya sengsara, mereka tetap tabah.
2. Hubungan perbandinag
Hidupnya hanya untuk burung seolah-olah tak ada yang bisa memalingkannya dari sangkar burung di rumahnya.

4. POLA PENGEMBANGAN ALINEA
Berdasarkan letak kalimat utamanya, alinea terbagi menjadi :
a. Alinea deduktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian awal kalimat
b. Alinea induktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir kalimat
c. Alinea campuran : Kalimat utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali pada bagian akhir
d. Alinea diskriptif : Kalimat utama yang tersirat pada seluruh kalimat di paragraph tersebut

3. PERUBAHAN MAKNA
 
1. Pengertian
Dalam perkembangan penggunaannya, kata sering mengalami perubahan makna. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran konotasi, rentang masa penggunaan, jarak, dan lain-lain. Namun yang jelas, perubahan-perubahan tersebut ada bermacam-macam yaitu: menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan penjelasan dibawah ini :

2. Macam-macam Perubahan Makna
a. menyempit/spesialisasi
Kata yang tergolog kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada awal penggunaannya bisa dipakai untuk berbagai hal umum, tetapi penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh :
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalma arti luas atau umum, sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni. Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang bermakna “lulusan perguruan tinggi”).
b. meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh :
Petani dulu dipai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak, petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
c. amelioratif
Pada awalnya, kata ini memiliki makna kurang baik, kurang positif, tidak menguntungkan, akan tetapi, pada akhirnya mengandung pengertian makna yang baik, positif, dan menguntungkan.
Contoh :
Wanita, pramunikmat, dan warakawuri merupakan kata-kata yang dipakai untuk lebih menghaluskan, menyopankan pengertian yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
d. peyoratif
Makna kata sekarang mengalami penurunan nilai rasa kata daripada makna kata pada awal pemakaiannya.
Contoh :
Kawin, gerombolan, oknum, dan perempuan terasa memiliki konotasi menurun atau negatif.
e. asosiasi
Yang tegolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar kalimat “hati-hati dengan tukang catut itu.”
Tukang catut dalam kalimat diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif. Begitu pula dengan kata kacamata dalam : menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar
f. sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera, misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis. Kata manis mengandung makna enak, biasanya dirasakan oleh alat pengecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk, dan sebagainya.